Indeks prestasi kumulatif (IPK) tinggi ternyata tidak menjadi jaminan seseorang dapat diterima sebagai salah satu manajer keuangan di perusahaan yang dipimpin oleh Dahlan Iskan. Hal tersebut disampaikan oleh Dahlan Iskan saat menyampaikan kuliah umum “Membangun Semangat Pengusaha Muda yang Kreatif dan Inovatif dalam Menghadapi Tantangan Global” yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada pada Kamis, 15 Februari 2018 di Ruang Kertanegara, FEB UGM.
Dalam menyeleksi calon manajer keuangan, Dahlan Iskan akan melihat sikap keuangannya daripada keahliannya dibidang keuangan. Menurut Dahlan Iskan, seseorang yang memiliki sikap keuangan akan melihat angka sebagai benda hidup, berbanding terbalik dengan seorang ahli keuangan yang melihat angka sebagai benda mati. Disampaikan Dahlan Iskan, “Seseorang yang memiliki sikap keuangan akan bergetar hatinya jika melihat angka dalam kurung (defisit). Dia akan berfikir keras dan kemudian bertindak cepat untuk mengatasinya”. Menurut Dahlan Iskan, seorang manajer keuangan haruslah orang yang tega, cerewet dan tegas, karena dia sadar keberlangsungan usaha ada dipundaknya.
Dalam kuliah umum yang dihadiri oleh dosen dan mahasiswa pasca sarjana dari berbagai program studi FEB UGM, Dahlan Iskan berpendapat bahwa anak muda generasi sekarang cenderung tidak tertarik untuk berusaha keras. Anak muda saat ini cenderung lebih suka bekerja di perusahaan yang telah mapan dan menjanjikan. Berbeda dengan anak muda jaman dahulu yang gemar untuk merintis usaha dan menempa mental dari kegagalan dan pengalaman. Dahlan Iskan masih meragukan apakah kesuksesan instan yang saat ini diraih para generasi muda dari pengalaman instan bekerja di perusahaan yang telah mapan dapat menjamin keberlangsungan suatu usaha. Dia percaya pengalaman dan kegigihan berusaha merupakan modal dasar keberlangsungan suatu usaha. Namun Dahlan Iskan menyarankan bagi para generasi muda jaman sekarang yang belum tertarik untuk memulai usaha, untuk memulai pengalaman bekerjanya di perusahaan yang telah mapan dengan pimpinan yang dapat dijadikan panutan serta sistem kerja yang telah tertata dengan apik, sebagai sarana belajar dan menyerap ilmu serta nilai-nilai sebagai bekal di usaha di masa depan.
Di sisi lain, Dahlan Iskan juga mendorong para generasi muda untuk segera memulai usaha sejak dini. Menurutnya, seorang wirasusahawan yang telah memulai usaha sejak masih muda, masih memiliki banyak waktu untuk bangkit kembali jika menemui kegagalan. Sebenarnya, untuk menjadi seorang wirausahawan tidak diperlukan bakat, yang diperlukan adalah keinginan dan penularan. Keinginan berwirausaha diibaratkan oleh Dahlan Iskan seperti emas. Ada keinginan dengan kadar 24 karat, 22 karat, 20 karat bahkan ada pula yang tidak berkarat. Keinginan menjadi pondasi dasar dalam berwirausaha, karena ketika seorang wirausahawan mengalami kegagalan, keinginan merupakan alasan utama untuk untuk bangkit kembali. Sedangkan penularan merupakan suatu proses yang harus dipelajari dan dipraktikan. Agar tertular oleh kemampuan berwirausaha maka banyak-banyaklah bergaul dengan para wirausahawan dan menyerap nilai-nilai berharga dalam berwirausaha.
Berbekal pengalaman di masa lalu, Dahlan Iskan memberikan wejangan bagi para peserta kuliah umum untuk jeli dalam melihat peluang. Karena suatu usaha yang dilaksanakan tidak pada waktu yang tepat maka tidak akan sesukses usaha yang dilaksankanan pada waktu yang tepat. Seperti usaha internet provider yang dimulai oleh Dahlan Iskan pada pertengahan tahun 90an dimana tidak banyak pengguna internet saat itu sehingga usaha yang dirintisnya kandas di tengah jalan. Namun keinginan 24 karatnya untuk bangkit kembali telah membuatnya move-on dan kembali merintis usaha-usaha baru berbekal pengalaman dan proses belajar dari kegagalan.